Laman

Rabu, 02 Maret 2011

Teknik maintenance

Online Job for All


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T, karena berkat rahmat dan hidayah serta karunia-Nya kita semua dapat meraih apa yang diharapkan. Sholawat serta salam kita semua semoga tersampaikan kepada nabi dan rosul kita semua Muhammad S.A.W.
Serta berkat rahmat dan karunianya-lah, tugas makalah mata kuliah Teknik Pemeliharaan Mesin yang berjudul “ Pelumas dan Pelumasan“ dapat diselesaikan.
Bandung, oktober 2010
Penulis
PELUMAS DAN PELUMASAN
1. PELUMAS
Jenis-jenis pelumas yang beredar di pasaran dibedakan menurut sifat-sifat fisika maupun kimia dari komponen penyusunnya baik minyak dasar (base oil) ataupun aditif. Sifat fisika dan kimia dari campuran kedua komponen inilah yang akan menentukan unjuk kerja pelumas secara keseluruhan. Dengan demikian keragaman jenis pelumas ditentukan dari komponen-komponen penyusun pelumas sesuai dengan spesifikasi kegunaan pelumas tersebut. Berdasarkan jenis base oilnya minyak pelumas diklasifikasikan menjadi 3 yaitu minyak pelumas mineral, minyak pelumas sintetis dan minyak pelumas semi sintetis.
Saat ini banyak dijumpai beragam jenis pelumas yang semuanya didasarkan atas penggunaan dan klasifikasi. Jenis-jenis pelumas tersebut dibedakan menurut sifat-sifat fisika maupun kimia dari komponen penyusunnya baik minyak dasar (base oil) ataupun aditif. Sifat fisika dan kimia dari campuran kedua komponen inilah yang akan menentukan unjuk kerja pelumas secara keseluruhan. Dengan demikian keragaman jenis pelumas ditentukan dari komponen-komponen penyusun pelumas sesuai dengan spesifikasi kegunaan pelumas tersebut. Berdasarkan jenis base oilnya minyak pelumas diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
• Minyak pelumas mineral
• Minyak pelumas sintetis
• Minyak pelumas semisintetis
Sebenarnya base oil ini mempunyai segala kemampuan dasar yang dibutuhkan dalam pelumasan. Tanpa aditifpun, sebenarnya minyak dasar sudah mampu menjalankan tugas-tugas pelumasan. Namun unjuk kerjanya belum begitu sempurna dan tidak dapat digunakan dalam waktu lama.
1. PELUMAS MINERAL
Pelumas mineral adalah semua pelumas yang dihasilkan dari refinery minyak bumi. Yaitu dari pengolahan lanjut long residue yang merupakan fraksi berat hasil destilasi minyak mentah jenis parafinik ataupun naphtenik. Disebut long residue karena residu ini masih dapat diolah lebih lanjut untuk menghasilkan base oil. Pengolahan long residue menjadi base oil yang populer dilakukan adalah melalui proses Solvent Refining. Tahapannya adalah sebagai berikut :
a. High Vacuum Distillation
Dalam proses ini, fraksi long residue di destilasi di dalam kolom yang bertekanan rendah atau vakum. Tujuan dari proses ini adalah untuk memisahkan fraksi minyak pelumasnya. Fraksi-fraksi lanjutan yang dihasilkan dalam distilasi vakum ini berturut-turut adalah :
• SPO (Spindle Oil)
• LMO (Light Machine Oil)
• MMO (Medium Machine Oil)
• BO (Black Oil) atau Short Residue (SR)
Unit yang melaksanakan proses ini disebut High Vacuum Unit (HVU). Pada prinsipnya HMU tidak berbeda dengan proses distilasi biasa, dimana pemisahan fraksi demi fraksi dilakukan berdasarkan titik didih masing-masing hidrokarbon dalam fraksi tersebut. Karena long residue memiliki titik didih tinggi maka pelaksanaannya harus dilakukan dengan tekanan hampa (vakum).
b. Furfural Extraction
Furfural adalah solven yang berfungsi memisahkan komponen base oil dari komponen yang tidak dikehendaki berdasarkan perbedaan kelarutan tiap-tiap komponen tersebut. Pemisahan dengan solven furfural inilah yang menyebabkan keseluruhan proses pengolahan ini disebut Solvent Refining. Proses ini bertujuan untuk menaikkan indeks viskositas dari destilat pada HVU melalui penghilangan senyawa aromat yang memiliki indeks viskositas rendah, peningkatan mutu dan kestabilan terhadap oksidasi sekaligus mengurangi kemungkinan terbentuknya lumpur (sludge), deposit karbon, dan varnish. Unit yang melaksanakan proses ini disebut FEU (Furfural Extraction Unit).
c. Prophane Deasphalting
Proses ini dimaksudkan untuk mengambil senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki dalam black oil atau short residue, fraksi terberat pada HVU. Proses yang digunakan adalah ekstraksi menggunakan propane dan akan menghasilkan residu dengan BM besar seperti Asphalt dan Resin. Kandungan asphalt ini perlu dipisahkan agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan asphalt dan fraksi minyak pelumasnya sebagai Deasphalted Oil (DAO). Ekstrak yang terjadi akan dimasukkan ke FEU. Unit yang melaksanakan proses ini adalah Propane Deasphalting Unit (PDU).
d. Dewaxing
Digunakan untuk menghilangkan wax, sehingga pour point dari base oil yang dihasilkan dapat diturunkan hingga 5 – 15°F. Pelarut yang digunakan dalam proses ini adalah MEK (Metil Etil Keton). Proses dewaxing dilakukan pada suhu 10 – 25°C sehingga lilin akan mengkristal dan dapat dipisahkan dengan penyaringan biasa. Filtrat yang diperoleh adalah produk akhir dari base oil.
e. Finishing
Tahap ini dilakukan untuk memperbaiki warna minyak pelumas dan stabilitas pelumas.
2. PELUMAS SINTETIS
Minyak pelumas sintetis dibuat dari hidrokarbon yang telah mengalami proses khusus. Khusus yang dimaksud adalah bahwa minyak ini dibuat tidak hanya sama dengan minyak mineral akan tetapi melebihi kemampuan minyak mineral. Melalui proses kimia dihasilkan molekul baru yang memiliki stabilitas termal, oksidasi dan kinerja yang optimal. Sehingga harga minyak sintetis lebih mahal daripada minyak mineral. Pada kenyataannya minyak pelumas sintetis memang lebih unggul dalam unjuk kerja, baik respon terhadap mesinnya maupun umur pemakaiannya. Hal ini dikarenakan pembuatan minyak pelumas sintetis dirancang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Untuk itu pemilihan minyak pelumas yang tepat sangatlah penting. Dalam pembuatannya minyak pelumas sintetis dikontrol struktur molekulnya dengan sifat-sifat yang dapat diprediksi. Adapun jenis minyak sintetis yang banyak digunakan adalah sebagai berikut :
a. Diester
Diester merupakan salah satu bahan yang menonjol dari minyak pelumas sintetis. Diester mempunyai struktur yang paling sederhana untuk digunakan sebagai minyak pelumas. Bahan ini banyak digunakan sebagai minyak pelumas atau pelumas gemuk yang mempunyai titik penguapan rendah pada mesin gas turbin. Diester diperoleh dari reaksi sintesa produk minyak bumi, dan sebagian dari lemak binatang dan minyak tumbuh-tumbuhan. Keuntungan diester adalah mempunyai viskositas yang relatif konstan terhadap suhu yang cukup baik, penguapannya sangat rendah, dan mempunyai stabilitas thermal yang bagus. Biasanya bahan ini tidak korosif terhadap logam, tidak beracun dan stabil terhadap hidrolisa. Sifat yang merugikan dari bahan ini adalah dapat bereaksi terhadap karet. Karena sifat fire-resistant dan stabilitas oksidasinya, maka pelumas diester banyak dipakai untuk kompresor udara.
b. Fosfat Ester
Fosfat ester telah lama digunakan sebagai aditif di dalam minyak pelumas mineral sebagai pelindung terhadap terjadinya pelumasan batas. Fosfat ester merupakan senyawa biodegradable yang disintesa dari komponen yang didapat dari coal tar. Karena natural ester merupakan campuran yang komplek dan sering mengandung ortho cresol yang beracun, maka diupayakan untuk mensintesa ester dengan bahan kimia murni untuk membentuk minyak dasar sintetis yang tidak mengandung cresol yang beracun. Sehingga natural ester dikombinasikan dengan fosfat. Fosfat ester memberikan ikatan yang cukup mantap dan stabil secara kimia yang memungkinkan untuk digunakan sebagai komponen utama dari minyak pelumas sintetis. Disamping itu fosfat ester biasa digunakan sebagai aditif EP. Stabilitas terhadap oksidasi dari bahan ini cukup baik yaitu sampai dengan 300F. Penggunaannya yang utama adalah sebagai minyak hidrolik di dalam pesawat udara karena memberikan sifat anti api yang baik.
c. Ester Silikat
Mempunyai IV yang tinggi yaitu 150 – 200 dan mempunyai penguapan yang rendah. Ketahanan terhadap oksidasi pada suhu tinggi tidak begitu baik, tetapi hal ini dapat diperbaiki dengan penambahan aditif. Ester silikat tidak korosif terhadap logam, plastik maupun karet. Tetapi pada suhu yang tinggi akan mengeraskan karet.
d. Glikol Polialkilena Dan Turunannya
Aplikasi dari glikol polialkilena (polieter) sangat luas yaitu sebagai pelumas pada motor bakar, roda gigi, kompressor, pompa. Bahan ini tidak begitu mahal dan mudah diperoleh di pasaran.
e. Silikon
Silikon merupakan minyak pelumas sintetis yang mempunyai bermacam-macam tingkat viskositas, yang tergantung pada panjang pendeknya rantai dari ikatan molekulnya. Silikon disintesa dari pasir (SiO2). Sifat yang paling menonjol dari silikon ini adalah memberikan kurva viskositas dengan suhu yang mendatar. Silikon memberikan ketahanan oksidasi yang baik pada suhu biasa, tetapi cenderung membentuk gel pada saat mengoksidasi sehingga tidak tepat digunakan sebagai minyak pelumas mesin turbin pesawat udara.
f. Khlor Dan Fluor Hidrokarbon
Sifat utama dari senyawa ini adalah dapat memberikan respon yang baik sebagai aditif EP dan low flammability. Aktifitas yang tinggi dari atom khlor dapat terbebaskan pada kondisi beban yang berat dan suhu tinggi. Dan hal ini menghasilkan produk yang korosifitasnya tinggi dan beracun sehingga penggunaannya dalam industri dibatasi.
g. Poly Alkyl Glykol
Produksi komersialnya dibuat sekitar tahun 1930 an sebagai penganti castor oil pada rem mobil. Polyalkylglycol dibuat dengan reaksi polimerisasi menggunakan katalis. Reaksi dapat dikontrol untuk mendapatkan range viskositas 8 – 19000 cSt. Biasa digunakan di industri baja dan tekstil. Semua polyalkylglycol dapat menyerap air dari atmosfer sehingga harus dijaga dari kemungkinan kontaminasi. Akan tetapi kandungan air sampai 5% masih dapat ditoleransi. Pada temperatur rendah polyalkylglycol mempunyai karakteristik yang bagus, tetapi pada temperatur tinggi sampai 250C membutuhkan aditif untuk meningkatkan stabilitas thermalnya. Pelumas sintetis ini tidak dapat digunakan di atas temperatur tersebut. Polyalkylglycol mempunyai karakteristik yang bagus sekali pada viskositas 160 – 400 yang tergantung sekali pada cara memproduksinya. Polyalkylglycol sangat rentan terhadap oksidasi sehingga perlu ditambahkan aditif antioksidan. Umur pemakaian aditif pada polyalkylglycol lebih lama bila dibandingkan dengan mineral oil pada kondisi yang sama. Polyalkylglycol lebih polar sintetis ini tidak dapat digunakan di atas temperatur tersebut. Polyalkylglycol mempunyai karakteristik yang bagus sekali pada viskositas 160 – 400 yang tergantung sekali pada cara memproduksinya. Polyalkylglycol sangat rentan terhadap oksidasi sehingga perlu ditambahkan aditif antioksidan. Umur pemakaian aditif pada polyalkylglycol lebih lama bila dibandingkan dengan mineral oil pada kondisi yang sama. Polyalkylglycol lebih polar dibandingkan dengan senyawa ester, dan cocok sekali untuk seal dan plastik. Tetapi tidak untuk cat.
h. Poly Alpha Olefin
Polyalphaolefin dibuat pertama kali di Jerman pada masa Perang Dunia Kedua untuk menghemat pemakaian minyak mineral. Dan ternyata memberikan unjuk kerja pada range temperatur yang luas. Polyalphaolefin merupakan hidrokarbon sintetis, tidak seperti hidrokarbon pada minyak pelumas mineral. Karena polyalphaolefin merupakan cairan kimia murni yang dibuat dari polimerisasi katalitik ethylene. Produk yang dihasilkan dipisahkan dari komponen yang reaktif dan selanjutnya dipisahkan sesuai dengan viskositasnya. Dengan penambahan sedikit aditif antioksidan, polyalphaolefin menjadi lebih stabil bila dibandingkan dengan minyak mineral pada temperatur yang sama. Polyalphaolefin menunjukkan lebih tahan bereaksi dengan air bila dibandingkan dengan minyak mineral dan minyak sintetis yang lain. Polyalphaolefin juga sangat cocok bila diblending dengan minyak mineral. Sifat PAO yang menonjol adalah sebagai berikut :
- Titik tuangnya rendah
- Volatilitasnya rendah
- Good software compatibility
- Stabilitas thermalnya bagus
- Hidrolytic stability
- Merupakan bahan kimia yang inert
- Daya pelumasannya bagus
Karenan PAO mempunyai titik tuang yang rendah, maka PAO digunakan pada kompressor pendingin, kompressor amonia dan kompressor fluorokarbon.
i. Polyolester
Sangat cocok digunakan untuk pelumasan batas. Mempunyai IV yang tinggi bila dibandingkan dengan minyak mineral. Mempunyai stabilitas thermal dan membuat mesin menjadi lebih bersih dan lebih sedikit depositnya. Volatilitasnya paling rendah dibandingkan dengan minyak pelumas sintetis yang lain. Polyolester dengan viskositas 4,4 cSt pada 100C hanya menguap sekitar 2 %. Polyolester relatif biodegradable tetapi prosesnya sangat lambat dibawah kondisi normal. Produk yang dihasilkan tidak beracun. Keuntungan polyolester adalah dapat digunakan dengan nitril rubber, yaitu tipe yang paling umum digunakan dengan minyak mineral. Juga sangat compatible apabila dicampur dengan minyak pelumas mineral. Banyak digunakan di berbagai industri. Hampir semua aditif larut dalam polyolester (POE). Dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan minyak pelumas sintetis lain atau minyak pelumas mineral. POE mempunyai high temperatur properties yang sangat bagus dan mampu meningkatkan properties pelumas melebihi diester.
Aplikasi penggunaan POE :
- Minyak kompresor
- Minyak turbin dan minyak hidrolik
- Minyak gear
- Pelumas bearing
- Pelumas EP (Extreme Pressure) untuk boundary lubrication
Keuntungan Miyak Pelumas Sintetis
Meskipun harganya relatif lebih mahal, namun minyak pelumas sintetis dewasa ini lebih banyak digunakan. Hal ini disebabkan karena :
a. Umur pemakaiannya lebih lama karena meningkatkan stabilitas thermal (VI tinggi) dan tahan oksidasi. Keuntungannya : oli yang digunakan lebih sedikit, pemakaian filter awet, mengurangi pengeluaran.
b. Mengurangi konsumsi oli karena volatilitasnya lebih rendah dan densitas lebih tinggi.
c. Mempunyai spesifikasi yang dibutuhkan pemakai.
d. Pengoperasiannya lebih aman karena flash pointnya lebih tinggi. Sehingga ongkos perawatan lebih rendah, penggantian spare part lebih sedikit.
e. Sifat-sifatnya dapat diprediksi karena karakteristik produknya uniform.
3. PELUMAS SEMI SINTETIS
Diperoleh dengan cara mencampur (blending) antara pelumas sintetis dengan pelumas mineral. Sehingga diperoleh kombinasi dari 2 sifat komponen penyusunnya. Dari unjuk kerja jelas lebih baik dari pelumas mineral. Namun harganya juga jauh lebih kompromi dengan keuangan kita daripada harga pelumas sintetis yang sangat mahal.
2. Sistem pelumasan
Sistem pelumasan dalam kendaraan meliputi semua sistem yang memerlukan fluida pelumas sebagai media pelumas ataupun penerus tekanan/gaya yaitu pelumasan mesin, pelumasan gear/roda gigi (transmisi/differensial). Sedangkan pelumasan yang sekaligus sebagai media perantara tenaga/gaya tekan meliputi pelumasan transmisi otomatis (ATF), pelumasan power steering, pelumasan rem hydrolis. Sistem pelumasan adalah salah satu sistem yang sangat penting dalam kendaraan, dalam pembahasan modul kegiatan belajar 1 ini dibatasi hanya pada sistem pelumasan mesin. Sistem pelumasan dalam mesin berfungsi untuk :
a). Pelumas (Lubricant)
Salah satu fungsi minyak pelumas adalah untuk melumasi bagian-bagian mesin yang bergerak untuk mencegah keausan akibat dua benda yang bergesekan.

Gambar 1. Minyak pelumas sebagai pelumas
Minyak pelumas membentuk Oil film di dalam dua benda yang bergerak sehingga dapat mencegah gesekan/kontak langsung diantara dua benda yang bergesekan tersebut.

Oil film terbentuk diantara
2 benda yang bergerak
Gambar 2. Oil film
b). Pendingin (Cooling)
Minyak pelumas mengalir di sekeliling komponen yang bergerak, sehingga panas yang timbul dari gesekan dua benda tersebut akan terbawa/merambat secara konveksi ke minyak pelumas, sehingga minyak pelumas pada kondisi seperti ini berfungsi sebagai pendingin mesin.

Gambar 3. Minyak pelumas sebagai pendingin
c). Pembersih (cleaning)
Kotoran atau bram-bram yang timbul akibat gesekan, akan terbawa oleh minyak pelumas menuju karter yang selanjutnya akan mengendap di bagian bawah carter dan ditangkap oleh magnet pada dasar carter. Kotoran atau bram yang ikut aliran minyak pelumas akan di saring di filter oli agar tidak terbawa dan terdistribusi kebagian-bagian mesin yang dapat mengakibatkan kerusakan/ mengganggu kinerja mesin.

Gambar 4. Minyak pelumas sebagai pembersih
d). Perapat (sealing)

Minyak pelumas yang terbentuk di bagian-bagian yang presisi dari mesin kendaraan berfungsi sebagai perapat, yaitu mencegah terjadinya kebocoran gas (blow by gas) misal antara piston dan dinding silinder
Gambar 5. Minyak pelumas sebagai perapat.
Macam-macam sistem pelumasan
a). Sistem pelumasan campur (mix)
Sistem pelumasan campur adalah salah satu sistem pelumasan mesin dengan cara mencampur langsung minyak pelumas (oli campur/samping) dengan bahan bakar (bensin) sehingga antara minyak pelumas dan bahan bakar bercampur di tangki bahan bakar. Sifat-sifat sistem pelumasan campur :
- Tangki bahan bakar berada diatas mesin/ lebih tinggi dari mesin (pengaliran bahan bakar dengan gaya gravitasi).
- Sistem pelumasan jenis oli yang paling sederhana
- Pemakaian oli boros, timbul polusi udara tinggi
- Dipergunakan pada motor 2 Tak dengan kapasitas kecil.
-
1
Menggunakan oli khusus 2 Tak yang bersifat mencampur baik dengan bensin dengan campuran 2% – 4% oli samping.









Gambar 6. Sistem pelumasan campur
Keterangan :
1. Campuran bensin dan oli samping 2. Kran bensin
3. Karburator 4. Ruang engkol
Cara kerja :
Pada saat kran bensin (2) dibuka, maka campuran bensin dan oli samping (1) akan mengalir menuju karburator (3) di karburator bensin, oli samping dan udara bercampur membentuk campuran yang homogen dan masuk kedalam ruang engkol dan selanjutnya campuran baensin dan oli samping akan melumasi bagian mesin yang berada di ruang engkol dan didinding silinder.
Contoh kendaraan/mesin yang menggunakan sistem pelumasan jenis ini adalah motor stasioner, vespa.
b). Sistem pelumasan autolube



Gambar 7. Sistem pelumasan autolube
Sistem pelumasan autolube, oli samping/campur masuk kedalam ruang engkol dipompakan oleh pompa oli. Sehingga penggunaan oli samping/campur ini lebih efektif sesuai kebutuhan mesin. Sistem pelumasan ini digunakan pada mesin 2 tak. Oli samping/campur yang masuk ke dalam ruang engkol tergantung dari jumlah putaran dan pembukaan katup masuk (Reet Valve).
Cara kerja:
Saat mesin hidup handle gas ditarik, maka bensin mengalir ke karburator, seiring dengan tarikan handle gas, pompa oli berputar yang menyebabkan oli samping/campur ditangki terhisap dan ditekan menuju ruang engkol melalui saluran dibelakang karburator. Bensin dan oli samping/campur menjadi satu di belakang karburator yang selanjutnya masuk kedalam ruang engkol dan melumasi bagian-bagian yang bergerak.
c). Sistem pelumasan percik
Sistem pelumasan percik adalah sistem pelumasan dengan memanfaatkan gerakan dari bagian yang bergerak untuk memercikan minyak pelumas ke bagian-bagian yang memerlukan pelumasan, misal: poros engkol berputar sambil memercikan minyak pelumas untuk melumasi dinding silinder.
Sistem pelumasan ini biasanya digunakan pada mesin dengan katup samping (side valve) dan kapasitas kecil.



Gambar 8. Sistem pelumasan percik
Cara kerja :
Saat mesin hidup, poros engkol berputar, bagian poros engkol yang menyerupai sendok membawa minyak pelumas dan akhirnya minyak pelumas memercik ke atas melumasi dinding silinder.
d). Sistem pelumasan tekan.
Minyak pelumas di dalam karter dihisap dan ditekan ke dalam bagian-bagian yang dilumasi dengan menggunakan pompa oli. Sistem pelumasan ini sangat cocok untuk melumasi bagian-bagian mesin yang sangat presisi. Aliran minyak pelumas tergantung pada jumlah putaran mesin, hal ini dikarenakan pompa oli diputarkan oleh mesin. Sistem pelumasan ini digunakan pada mesin 4 tak dan memiliki kelebihan pelumasan merata dan teratur. Minyak pelumas yang telah melumasi bagian-bagian mesin akan kembali ke karter kembali.



Gambar 9. Sistem pelumasan tekan
Cara kerja :
Minyak pelumas di karter dihisap dan ditekan oleh pompa oli melalui strainer dan dipompakan menuju bagian-bagian yang dilumasi yang sebelumnya disaring oleh filter oli. Minyak pelumas yang telah melumasi bagian-bagian yang dilumasi akan kembali ke karter.
Kesimpulan
2. Sistem pelumasan adalah salah satu sistem penting dalam kendaraan, dikarenakan sistem ini berfungsi sebagai:
- Pelumas (lubricant)
- Pendingin (Cooling)
- Pembersih (cleaning)
- Perapat (sealing)
2. Sistem pelumasan campur digunakan pada mesin 2 tak dengan cara oli samping/campur dicampurkan langsung ke dalam bahan bakar bensin dengan perbandingan 2 % - 4 % oli samping.
3. Sistem pelumasan autolube proses pencampuran oli samping dan bahan bakar bensin dilakukan setelah karburator, dimana tangki bahan bakar bensin dan tangki oli samping/campur sendiri-sendiri.
4. Sistem pelumasan percik bekerja berdasarkan gerakan poros engkol berputar sambil mengambil minyak pelumas dari karter dan dipercikan de dinding silinder.
5. Sistem pelumasan tekan sangat efektif untuk melumasi bagian-bagian mesin dengan presisi yang sangat tinggi. Sistem pelumasan ini memberikan dampak pelumasan yang teratur dan merata.
Daftar Pustaka
1. Andini Sundowo, Siti Yubaidah, 2003, “ Sintesa Polyolester Sebagai Bahan Dasar Minyak Pelumas, Teknik Kimia, ITI.
2. PT. Hexindo Consult, 2000, “Prospek Industri dan Pemasaran Pelumas di Indonesia”, Jakarta.
3. Wartawan, AL, 1983, “ Minyak Pelumas Pengetahuan Dasar & Cara Penggunaan, Penerbit Gramedia, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar